Translate

Select a text on the page and get translation from Google Translate!

Google Translate Client
Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image >

Robeet'z Akatsuki feat Ixan "Sahara"

0 komentar

Robeet'z Akatsuki test Ibanez MTM2 signature series \m/

0 komentar


Iseng iseng Jajal gitar orang dulu hehehe bukan punya ane sumpah :p
pake Ibanez MTM2 langsung colok ke ampli Cora...
Record pake Xperia L...
\m/ 

Akatsuki Signature....

0 komentar



Review Resident Evil Operation Raccoon City: Selamat Tinggal Survival-Horror!

0 komentar


Membicarakan Resident Evil berarti membicarakan salah satu franchise game survival-horror terbesar di jagat industri game. Setelah sempat memukau dunia lewat rilis perdananya di konsol Playstation, Resident Evil berhasil menarik perhatian lewat sebuah genre dan mekanisme gameplay yang begitu unik di kala itu. Ia mampu membalut sebuah game action dalam tema horror yang “menggigit”, dimana sang karakter utama hanya dibekali sumber daya yang terbatas untuk melawan balik semua ancaman yang ada. Namun sayangnya, perlahan namun pasti, franchise yang satu ini harus diakui mengalami degradasi “identitas” yang semakin akut. Masa depan seolah sudah siap untuk menyambut kepunahan survival-horror dengan nama Resident Evil di dalamnya.

Semenjak Capcom merilis Resident Evil 4 dengan nuansa gameplay action yang kental, arah keseluruhan franchise ini memang berubah 180 derajat. Tidak ada lagi kata horror di dalamnya, hanya peluru berdesingan dan zombie yang hancur berantakan. Keputusan Capcom untuk memperkenalkan  Resident Evil: Operation Raccoon City (RE: ORC) yang baru saja dirilis minggu ini sebagai sebuah seri spin-off semakin memperkuat kesan yang satu ini. Lupakan tentang puzzle, lupakan tentang bagaimana Anda harus bertindak cerdik ketika bertemu dengan para zombie, dan lupakan tentang kecemasan yang seringkali terbangun ketika memainkan franchise ini. Mengapa? Karena seri terbaru ini telah menjelma menjadi semacam monumen penegasan akan perubahan arah Resident Evil.

Capcom menggandeng Slant Six Games, developer Barat yang terkenal lewat seri third person shooter – SOCOM untuk mengembangkan game ini. Ketika teaser dan trailer pertama game ini diperkenalkan kepada publik, RE: ORC memang memperlihatkan sisi gameplay yang jauh berbeda dibandingkan seri RE selama ini. Ia kini hadir sebagai sebuah game team-based action dimana player dapat bekerja sama dengan player lain atau AI untuk menyelesaikan misi tertentu. Ini memang bukan kali pertamanya Capcom mengusung gameplay seperti ini. Sebelumnya mereka juga sempat merilis RE: Outbreak yang serupa, namun tidak terlalu sukses di pasaran. Lewat Operation Raccoon City, Capcom memutuskannya untuk membawanya setingkat lebih jauh.

Lantas, pengalaman seperti apa yang ditawarkan oleh RE: ORC ini? Apakah keputusan untuk memunculkan sebuah game action dengan meminjam nama besar franchise ini akan berujung pada sesuatu yang baik atau justru menjadi malapetaka?

Plot
Setelah selama ini Anda berperan sebagai pihak yang berusaha menghentikan kegilaan Umbrella dan ujung kiamat yang hampir terjadi karena ulah korporat raksasa ini, RE: ORC menawarkan plot dan cerita dari sisi yang lain. Anda akan berperan sebagai USS Delta Team aka Wolfpack, sebuah unit pasukan khusus besutan Umbrella yang memang dibentuk untuk membereskan masalah “outbreak” di Raccoon City. Tim yang beranggotakan Lupo, Vector, Beltway, Spectre, Bertha, dan Four-Eyes ini ditugaskan untuk sebuah tugas yang begitu krusial – menghancurkan setiap barang bukti yang mungkin menghubungkan Umbrella dengan bencana yang satu ini, menyelamatkan beragam aset penting, dan membunuh siapapun saksi mata yang selamat dari Raccoon City. Pertempuran besar di dalam kekacauan pun dimulai. Tidak hanya zombie dan monster-monster dari proyek Umbrella, Anda juga harus berhadapan dengan pasukan bersenjata dari Special Forces, bahkan beberapa karakter yang pernah Anda gunakan di masa lalu.

    Anda akan berperan sebagai USS Delta Team aka Wolfpack - pasukan khusus yang dibentuk Umbrella untuk "membereskan" kekacauan di Raccoon City


   Umbrella ternyata sudah mengembangkan parasit pengendali pikiran (aka Las Plagas) di RE 4 dan 5 sejak event di RE 2 dan 3?

   Umbrella ternyata sudah mengembangkan parasit pengendali pikiran (aka Las Plagas) di RE 4 dan 5 sejak event di RE 2 dan 3?

RE: ORC memang didesain sebagai “pelengkap” bagi kekosongan cerita yang terbangun di kelima seri Resident Evil selama ini. Sudut pandang yang berbeda dari sisi Umbrella tampil sebagai pengisi kekosongan dan sekaligus menjadi penjelasan akan banyak hal yang selama ini menjadi tanda tanya di keseluruhan franchise RE, termasuk yang melibatkan beberapa seri dan karakter ikonik yang sudah pasti kita kenal. Walaupun setting yang diusung memang sebagian besar datang dari Resident Evil 2 dan 3, namun RE: ORC juga menawarkan “dapur Umbrella” yang selama ini tersembunyi dan menjadi awal dari plot Resident Evil 4 dan 5. Untuk urusan yang satu ini, Slant Six Games dan Capcom pantas untuk diacungi dua jempol.

Selamat Datang Team-Based Action, Selamat Tinggal Survival-Horror!

Tidak ada lagi horror sama sekali, RE: ORC adalah sebuah game action murni!

Jika Anda termasuk gamer yang mengeluhkan sisi action yang begitu kental di Resident Evil 4 dan 5, maka sudah dapat dipastikan bahwa Anda akan membenci game yang satu ini. Mengapa?  Karena sebagai sebuah seri spin-off, RE: ORC benar-benar datang sebagai sebuah game action shooter tanpa elemen survival-horror sama sekali. Anda hanya datang, menembak dengan stok senjata yang begitu banyak, menyelesaikan misi, dan terus berulang, tanpa puzzle atau item yang memaksa Anda harus memutar otak. Semua ini akan diselesaikan dalam sebuah tim.

Konsep tim dengan peran dan keunikan masing-masing memang bukan lagi hal yang baru di industri game. Game seperti Borderlands dan Battlefield terbukti mampu menerapkan sistem ini dengan begitu baik di mode multiplayer mereka. Capcom juga datang dengan konsep yang sama untuk RE: ORC ini yang tentu didesain untuk tampil lebih maksimal untuk mode multiplayer onlinenya. Namun, jika Anda termasuk sebagian besar gamer Indonesia yang “terpaksa” harus menggunakan game bajakan, RE: ORC tetap datang dengan mode offline yang menarik tanpa mengurangi keseluruhan sistem gameplay yang ada. Anda akan tetap mengarungi kota “terkutuk” ini dalam tim.

Ada beragam karakter dengan spesialisasi masing-masing yang dapat Anda gunakan

karakter lain yang tidak Anda pilih akan digerakkan oleh AI di Offline Mode

Anda bisa memilih empat dari enam anggota USS Delta Team untuk bertempur di Raccoon City melawan semua ancaman yang ada. Tentu saja Anda hanya bisa menggunakan satu di antaranya, sementara ketiga anggota tim yang lain akan dikendalikan oleh AI. Lupo, Vector, Beltway, Spectre, Bertha, dan Four-Eyes datang dengan spesifikasi dan keunikan masing-masing, tidak hanya desain tetap juga peran di dalam pertempuran itu sendiri. Masing-masing akan membawa spesialisasi senjata dan skill yang berbeda, seperti Lugo – sang spesialisasi Assault, Beltway yang alot, Bertha sang medic, dan Spectre sang ahli stealth. Walaupun gameplay yang diusung terhitung sederhana, seperti game shooter lainnya, namun karakter yang Anda pilih sedikit banyak akan berpengaruh pada gaya bermain Anda secara keseluruhan.

Bagi Anda yang bermain online, berinteraksi dengan player yang lain yang mampu memahami Anda tentu akan mempermudah jalannya misi yang Anda jalankan. Namun untuk Anda yang bermain offline, Capcom tampaknya tidak memberikan Anda AI yang cukup pintar untuk melaksanakan apa yang Anda kehendaki. Boleh dibilang, Anda justru akan merasa frustrasi karena tingkah laku ketiga karakter yang lain ini. AI yang dihadirkan boleh terbilang tidak adaptif terhadap situasi yang ada dan justru malah terkesan memperparah keadaan. Anda akan seringkali menemukan mereka menembak tanpa arah, tidak memberikan kontribusi yang signifikan pada pertempuran, mati tanpa alasan yang jelas, dan menerima damage untuk sesuatu yang tidak signifikan. Parahnya lagi? Anda tidak diberikan opsi untuk memberikan perintah dan mengendalikan mereka untuk melakukan hal-hal tertentu yang Anda inginkan. Hasilnya? Mereka hanya bisa menjadi decoy untuk serangan yang ada.

Raih Experience dan Perkuat Karakter Anda

    Gunakan experience points Anda untuk membeli senjata baru atau menyuntikkan beragam skill pada karakter utama Anda

   Lupo misalnya, dapat memberikan efek api dari setiap peluru yang meluncur dari moncong senjatanya

Selain progress di dalam cerita, misi yang Anda selesaikan akan memberikan ekstra experience points untuk karakter yang Anda gunakan. Seperti sebagian besar game action saat ini, points ini dapat Anda gunakan untuk memperkuat dua aspek pada karakter Anda, senjata dan skill points. Anda yang sudah malang melintang di industri game tentu sudah memahami mekanisme skill tentu akan sama di setiap game, dengan memberikan ekstra keuntungan pada karakter Anda baik secara aktif maupun pasif. Sementara untuk mekanisme senjata, Anda dapat membuka senjata baru yang lebih kuat tanpa opsi untuk mengupgrade setiap dari mereka.

Hati-Hati, Anda juga Rentan Menjadi Zombie!
Dari awal kemunculannya, Capcom memang sudah mendesain zombie yang terdapat di Resident Evil bukanlah sekedar makhluk yang hanya bergerak tanpa tujuan dan mencari makanan. Ia justru berperan tak ubahnya sebagai sebuah senjata biologis yang mampu menciptakan epidemi yang fatal lewat kemampuannya untuk mentransfer virus lewat gigitan dan air liur. Manusia sehat yang tergigit oleh zombie-zombie ini hampir dapat dipastikan berubah menjadi salah satu dari mereka, kecuali jika mereka memiliki penawar khusus. Mekanisme di Resident Evil: ORC juga mendukung dan mengusung konsep yang satu ini. Mereka menghadirkan dua status effect yang akan menyulitkan Anda di permainan: Bleeding dan Infection.

   Infected - jika Anda tidak segera mencari penawarnya, maka Anda akan berakhir sebagai salah satu dari zombie yang ada

   Jangan ragu untuk menghabisi teman Anda yang terinfeksi karena Anda selalu punya opsi untuk menghidupkan mereka kembali

Seperti namanya, Bleeding tentu saja akan membuat karakter Anda berada dalam kondisi pendarahan tanpa henti. Darah yang menetes ini ternyata menjadi magnet bagi para zombie yang bertindak tak ubahnya pasukan ikan hiu yang kelaparan di lautan dalam. Mereka akan langsung berlari dan menyerang karakter yang mengalami status-effect yang satu ini sebagai sebuah horde yang masif. Bleeding memang membuat kelabakan, namun horror yang sebenarnya justru datang dari Infection. Walaupun para zombie ini terhitung lemah, namun gigitan dan cakaran mereka dapat membuat darah Anda terkontaminasi virus yang sama. Jika Anda tidak menyembuhkan diri dengan penawar yang terbatas di sepanjang permainan, maka Anda akan berubah menjadi zombie dan permainan akan berakhir (mode offline). Hal yang sama juga dapat terjadi untuk anggota tim lain Anda yang digerakkan oleh AI. Kesampingkan semua emosi jika hal ini memang terjadi dan jangan segan untuk menghancurkan mantan tim Anda ini. Mengapa? Karena Anda selalu punya opsi untuk menghidupkan kembali mereka, sehancur apapun kondisi tubuhnya.

Jelajahi Sudut Kota Raccoon City yang Memorable!

Clocktower!

Jika Anda mengaku penggemar RE dan tidak mengenal tempat ini, Anda tidak pantas disebut sebagai seorang fans Resident Evil

Jika kita membicarakan daya tarik RE: ORC yang paling utama, selain jalinan plot yang didesain untuk melengkapi kekosongan hubungan yang ada pada franchise ini, maka setting yang dihadirkan boleh terbilang sebagai magnet yang super kuat, terutama bagi gamer yang sudah mengenal franchise ini sejak awal kelahirannya. Misi yang harus dijalankan oleh USS Delta Team dari Umbrella ini akan membawa Anda menyusuri setiap sudut kota Raccoon City yang begitu memorable, apalagi bagi Anda yang begitu mencintai Resident Evil 2 dan Resident Evil 3 di masa lampau. Slant Six Games berhasil membangun setiap darinya dengan visualisasi yang tentu saja lebih baik, namun di sisi lain tetap mempertahankan detail yang identik dengannya. Anda tentu saja tidak bisa melewatkan kesempatan untuk menjelajahi setiap sudut kota ini kembali, sembari “bersilahturahmi” dengan para zombie yang haus tembakan di kepala.

Ciptakan Sebuah “Alternate Universe”

    Bayangkan sebuah dunia alternatif dimana Resident Evil yang kita kenal, tidak pernah bereksistensi sama sekali

Memang sudah bukan rahasia lagi jika di dalam sebuah cerita yang ditawarkan di film dan video game, sang karakter utama yang selalu berpihak kepada kebaikan akan selalu menang di akhir permainan. Hal yang sama juga berlaku di Resident Evil. Terlepas dari karakter protagonis apapun yang Anda gunakan di franchise ini: Leon Kennedy, Chris Redfield, Claire Redfield, atau Jill Valentine, Anda selalu diposisikan sebagai pihak yang berhasil mencegah konsekuensi yang lebih fatal dari setiap tindakan dan eksperimen Umbrella. Namun sebagai seorang gamer, Anda tentu pernah berkeinginan untuk merasakan hal yang sebaliknya. Resident Evil: Operation Raccoon City menyediakan Anda kesempatan untuk merasakan sebuah alternate universe dimana pada akhirnya, kegelapan menang lewan cahaya, dan kejahatan akhirnya menundukkan kebaikan.

Kesimpulan

    RE: ORC memang tidak terlalu istimewa dari sisi gameplay, namun bagi gamer yang sudah mengikuti seri RE sejak awal, ia tetap menjadi sebuah game yang menarik untuk dimainkan

Sebagai sebuah game spin-off dari sebuah franchise yang besar, Resident Evil: Operation Raccoon City memang menyediakan banyak hal yang menarik, terutama para gamer yang mencintai seri-seri awal franchise ini. Tentu saja bukan karena sistem gameplay nya yang kini tidak lagi mengusung survival-horror, tetapi lebih karena beragam elemen yang tampil sebagai “fan-service” untuk memberikan para gamer gambaran yang lebih lengkap tentang plot yang ada lewat sudut pandang yang berbeda. Sementara dari sisi gameplay? Konsep game action yang didasarkan pada tim bukanlah sebuah benda baru di industri game dan Capcom menerapkannya dengan kualitas yang tidak terlalu istimewa, bahkan cenderung buruk. Ia akan tampil istimewa untuk gamer yang pernah memainkan seri-seri Resident Evil sebelumnya.

Jika kita melihat hanya dari sudut gameplay, memosisikan diri sebagai seorang gamer yang untuk pertama kalinya mengenal seri Resident Evil dari game ini, maka ORC justru tampil penuh dengan kekurangan sebagai sebuah game third person shooter. Visualisasi yang ditawarkan memang memanjakan mata, namun mekanisme kontrolnya terasa seperti “neraka”. Sudah bukan rahasia lagi jika melakukan roll sudah menjadi kewajiban untuk sebuah game third person, namun tidak disediakan oleh Capcom. Mekanisme AI nya untuk mode offline juga tidak banyak membantu, lebih banyak memberatkan tanpa kontribusi yang signifikan pada pertempuran. Secara garis besar, mekanisme kontrolnya terhitung buruk dan kaku. Bahkan Anda akan menemukan “dinding tanpa wujud” yang menghalangi gerak lari Anda pada beberapa tempat.

Pada akhirnya? Resident Evil: Operation Raccoon City bukanlah sebuah game third person shooter yang begitu istimewa sehingga harus dimainkan gamer manapun di dunia. Namun bagi Anda yang mengikuti franchise Resident Evil dari awal, ia menjadi sebuah seri spin-off yang sangat pantas dijajal, terutama untuk merasakan sebuah pengalaman baru dari sudut pandang yang berbeda, sekaligus untuk sedikit merasakan nuansa nostalgia. Worth to play!

Review ini tidak mencerminkan pengalaman multiplayer.

Kelebihan:
Visualisasi yang menawan
Detail setting yang tetap mempertahankan desain original RE 2 dan RE 3
Alternatif ending yang menarik
Desain karakter yang mumpuni

Kekurangan:
Mekanisme kontrol sebagai game third person shooter yang buruk
AI yang tidak adaptif
Cocok untuk gamer: yang familiar dengan franchise Resident Evil

Tidak cocok untuk gamer: yang mencari sebuah game third person shooter berkualitas tinggi dan mengesampingkan plot.

Sumber: jagatplay.com

Resident Evil: Revelations

0 komentar

Salah satu game yang digembar-gemborkan oleh Nintendo saat melaunching 3DSnya dulu adalah Resident Evil: Revelations (Revelations). Tidak heran Nintendo menjagokannya sebab memang game ini digarap oleh Capcom dengan sangat serius. Begitu seriusnya para developer mereka menyatakan penyesalan mereka tidak mengimbuhi ‘Revelations’ dengan titel numerikal (enam) saja. Tidak heran antisipasi gamer pun membumbung tinggi. Bisakah Capcom memenuhi standar tinggi yang telah mereka tetapkan sendiri?

Hampir 60 – 70% game ini mengambil setting di sebuah kapal pesiar yang terjangkit virus mematikan (of course virus lagi, virus lagi!) bernama Queen Zenobia. Dua agen BSAA (sebuah organisasi yang dihimpun untuk melawan bio-terrorism) Jill Valentine dan Parker Luciani berada di kapal tersebut untuk mencari tahu mengenai apa yang terjadi pada Queen Zenobia. Tak lama setelah mereka berada di sana sinyal terputus sehingga kapten dari tim BSAA O’Brien mengirimkan dua agen lain: Chris Redfield dan Jessica Sherawat ke sana. Apakah keempat agen BSAA ini bisa memecahkan misteri mengenai apa yang terjadi di Queen Zenobia? Apakah lagi-lagi Umbrella menjadi dalang di balik semuanya?

Kritik terbesar yang dialamatkan kepada Capcom sejak munculnya Resident Evil 5 adalah berubahnya fokus game yang berjudul Bio Hazard di pasar Jepang ini menjadi terlalu ke aksi ketimbang horror. Bagaimana bisa takut kepada para zombie maupun manusia terinfeksi yang ceking bila Chris saja tampak lebih berotot daripada Arnold Schwarzenegger coba? Dalam game ini Capcom menyadari kesalahan ini dan mengembalikan Resident Evil pada esensinya yang semula. Queen Zenobia adalah setting yang tepat untuk ini. Karaktermu secara konstan ditempatkan di ruangan yang sempit, lorong-lorong yang sunyi, di mana gerakan manuvermu terbilang sangat sedikit. Ketika musuh muncul kamu harus mencoba berkelit guna menghemat ammo yang cukup terbatas di game ini. Familiar dengan semua ini? Yup, kalian yang sudah kangen dengan atmosfir Resident Evil klasik yang mulai pudar sejak Resident Evil 4 akan menemukannya kembali di sini.

Capcom secara kreatif juga menciptakan musuh baru untuk menggantikan para zombie bernama para Ooze. Para Ooze ini tercipta setelah T-Virus yang tersohor itu disilangkan dengan virus Abyss. Hasilnya adalah sebuah versi superior bernama T-Abyss. Makhluk bernama Ooze boleh jadi ‘lambat’ bergerak sehingga kalah menakutkan dibanding manusia yang terinfeksi parasit Las Plagas tetapi mereka menggantikan kelemahan mereka dengan kemunculan dari tempat-tempat yang tak diduga. Ooze adalah makhluk cair yang lembek sehingga bisa muncul dari gorong-gorong maupun dari saluran air. Dan mengingat Queen Zenobia adalah kapal laut, tempat tersebut praktis merupakan ‘lapangan bermain’ bagi mereka. Jangan heran kalau kamu masuk ke satu ruangan yang seakan tanpa musuh hanya untuk mendadak dikagetkan beberapa Ooze yang mendadak nongol dari lubang ventilasi atau dari toilet!

Hal yang paling saya khawatirkan dari Revelations adalah kontrolnya. Game yang mengambil sudut pandang orang ketiga terbatas ini pertamanya memang terasa agak sulit dikendalikan tanpa Circle Pad Pro. Beberapa reviewer bahkan salah mengalamatkan bahwa kamu hanya bisa membidik sambil berjalan dengan alat tambahan Nintendo tersebut (itu keliru, kamu tetap bisa membidik sambil berjalan TANPA memakai Circle Pad Pro). Capcom berusaha mengatasi kelemahan ini dengan mengijinkan gamer memakai dari tiga skema kontrol yang ada. Bagi saya yang terbiasa dengan game FPS, kontrol tipe C memberiku kebebasan paling total untuk menyerang sekaligus bertahan dengan karakterku. Adanya Circle Pad Pro tentu membantu memainkan game ini – tetapi bukan sebuah keharusan.

Dalam hal kualitas grafik gamenya… sulit menyangkal kalau titel ini merupakan game dengan kualitas terbaik di handheld 3DS. Model karakter maupun musuhnya terlihat detail dan hanya kalah sedikit dari model yang dipakai di Resident Evil 5. Capcom pun secara royal menganugerahi penonton cutscene-cutscene FMV untuk even-even penting dalam cerita. Saya juga suka lighting dan bayangan yang kian membuat gamer merinding bila memainkannya pada malam hari. Toh secara keseluruhan Revelations masih kalah dibandingkan game-game handheld pada device yang lebih powerful seperti Uncharted: Golden Abyss.


Revelations bagaimanapun menutupi hal ini dengan longetivity permainan. Sementara game seperti Dead Space iPhone dan Golden Abyss bisa ditamatkan dalam waktu 6 – 8 jam, Revelations makan waktu sekurang-kurang 10 jam untuk gamer menamatkan 12 chapternya (saya pribadi menamatkannya dalam 12 jam). Capcom pun masih memberikan berbagai bonus lain sebagai insentif para gamer bermain ulang. Ada opsi Nightmare Mode yang terbuka begitu Normal Mode ditamatkan, ada Raid Mode yang merupakan Mercenary Mode di game ini dengan berbagai misi untuk diselesaikan gamer, sampai fitur co-op yang memperbolehkan gamer bermain bersama rekan lokal dengan wireless maupun rekan seluruh dunia dengan bantuan Wi-Fi!

So my verdict is… Resident Evil: Revelations adalah Resident Evil terbaik yang diproduksi oleh Capcom semenjak Resident Evil 4. Jangan memandangnya dengan sebelah mata hanya karena ia tampil di layar kecil!



Final Verdict

Gameplay: 8.5
Capcom melakukan langkah tepat dengan mengembalikan atmosfir horror ke dalam game ini, baik melalui setting maupun variasi musuh dan boss yang baru. Kontrol perlu pembiasaan tetapi begitu kamu bisa, kamu takkan kesulitan.

Graphic / Sound: 9.0
Luar biasa. Saya tidak percaya Nintendo 3DS bisa menampilkan grafik yang setanding dengan game-game jaman awal konsol generasi kini. Efek 3Dnya sayangnya kurang dimaksimalkan dan lebih sering kumatikan karena menganggu. Kualitas pengisi suaranya pun terkesan standar dan kurang hidup.

Play Time: 9.0
Dengan begitu banyaknya insentif bermain ulang, ekspektasikan waktu 20 – 25 jam kamu investasikan dalam Resident Evil: Revelations. Cukup panjang untuk game handheld bergenre Action bukan?

Score: 8.9

Game Details
Developer: Capcom
Publisher: Capcom
Genre: Action

Sumber: tukangreview.com

Daftar Film Terbaru 2012

0 komentar



Artikel kali ini menghadirkan Daftar Film Terbaru 2012.

Film yang nantinya dapat anda saksikan di bioskop kesayangan anda, dari berbagai judul-judul yang ada mungkin anda sudah sangat mengenal, dikarenakan film tersebut adalah lanjutan film-film sebelumnya.
Namun tidak sedikit juga judul-judul film dari Daftar Film Terbaru 2012 yang akan rilis di tahun2012 ini, sebut saja The Hobbit : Part1 Asy yang akan rilis di akhir tahun 2012 ini.



Inilah Daftar Film Terbaru 2012

Untuk itu, inilah Daftar Film Terbaru 2012 yang mungkin sudah anda tunggu-tunggu rilisnya untuk tahun 2012 ini.

*EXPENDABLES 2
Rilis Bioskop : 17 Agustus 2012 (NationWide)


*GHOST RIDER : Spirit Of Vengeance
Rilis Bioskop : 17 Februari 2012 (NationWide)

*G.I. JOE 2 : The Rises Of Cobra  
Rilis Bioskop : 10 Agustus 2012 (NationWide)

*GODZILLA 2012
Rilis Bioskop : Coming soon

*JOURNEY 2 : Mysterious Island
Rilis Bioskop : 10 Februari 2012 (NationWide)

*MEN IN BLACK III
Rilis Bioskop : 25 Mei 2012 (di 3,000 theater)

*RESIDENT EVIL : Retribution 
Rilis Bioskop : 14 September 2012 (NationWide)

*THE AMAZING SPIDERMAN 4
Rilis Bioskop : 3 Juli 2012 (NationWide)

*UNDERWORLD : Awakening 
Rilis Bioskop : 20 Januari 2012 (NationWide)

*BATMAN 3 : The Dark Knight Rises
Rilis Bioskop : 20 Juli 2012 (NationWide)

*MADAGASCAR 3 Movie
Rilis Bioskop : 8 Juni 2012 (NationWide)



Selain film-film tersebut di atas, berikut ini Film-Film Terbaru lainnya yang akan release pada tahun 2012:

– The Avengers,  rilis pada tanggal 4 May 2012 (USA)
– The Hobbit: Part 1,  rilis pada tanggal December 2012 (USA)
– Ghostbusters III
– Bond 23 November 2012
– Superman: Man of Steel, Akan rilis pada Desember (2012)
– Halo
– World War Z, rilis pada tanggal bulan July 2012 (USA)
– 21 Jump Street, rilis pada tanggal 16 March 2012 (USA)
– The Lone Ranger
– Dredd
– Die Hard 5
– Top Gun 2 2012
– Hitman 2 2012
– The Bourne Legacy 2012
– The Twilight Saga Breaking Dawn Part 2
– Titanic 3D 2012
– Total Recall 2012
– Clash of the Titans 2 2012
– Safe House, rilis pada tanggal 10 February 2012 (USA)
– The Lucky One
– Battleship, Akan rilis pada tanggal 18 May 2012 (USA)
– Buffy the Vampire Slayer
– Monsters Inc. 2, rilis pada tanggal 2 November 2012 (USA)
– Frankenweenie, rilis pada tanggal 9 Maret 2012 (USA)
– Snow White and the Huntsman, rilis pada tanggal 21 December 2012 (USA)
– John Carter of Mars, rilis pada tanggal 8 June 2012 (USA)
– The Great Gatsby
– The Croods, rilis pada tanggal 30 March 2012 (USA)

Itulah Daftar Film Terbaru 2012 yang sangat layak untuk di tonton, hehe. Selain informasi mengenai film terbaru 2012 ini, Anda juga dapat melihat berbagai informasi menarik lainnya di gitarkubidadariku.com.

Keep Update and Rock on \m/

Xperia™ S

0 komentar


Nikmati kemencekaman. Dalam HD.
Hari pertama di musim panas. Hari terakhir di pantai. Kenangan mungkin memudar, namun ponsel Xperia S HD menjaganya tetap cerah. Bagikan momen melalui obrolan video dalam HD.

Atau rekam semuanya dalam video HD penuh. Tampilkan dengan kejernihan setajam silet di layar Reality Display 4,3” dengan Mobile Bravia® Engine. Ingin yang lainnya? Cukup colokkan Xperia S ke porta HDMI di televisi, lalu nikmati konten HD di layar yang lebih besar.


Nikmati sekarang. Dengan bidikan secepat kilat.
Menekan satu tombol akan membawamu dari modus tidur ke bidikan dalam waktu hanya sedikit di atas satu detik. Dengan kamera 12 megapiksel pada Xperia S, tidak pernah ada lagi bidikan yang meleset. Dan kamu dapat terus membidik. Tanpa tundaan, tanpa kehilangan sasaran. Cahaya redup? Tidak usah cemas. Exmor R™ untuk sensor kamera seluler akan mencerahkan setiap hari yang muram. Lalu bagikan foto di sebuah layar besar. Gesek layar satu kali, dan isi tablet, televisi, atau laptopmu dapat dinikmati lewat DLNA.


Nikmati kemenangan. Di sebuah Android smartphone.

Xperia™ S – smartphone bersertifikasi PlayStation™ generasi mendatang dari Sony. Nikmati berbagai permainan di layar HD yang fantastis. Atau sambungkan dengan mudah ke televisi dan putar di layar besar. Kebosanan bukan suatu pilihan.

Ketersediaan layanan Playstation Store bergantung pada area, Jumlah judul games berbeda pada tiap area.


Nikmati kegembiraan. Sony Entertainment Network – kapan saja, di mana saja.

Unduh film dari Video Unlimited. Sambungkan smartphonemu ke televisi; jendela peluncur televisi akan muncul secara otomatis. Nikmati berjuta-juta lagu dari* Music Unlimited. Semuanya di Sony Entertainment Network serta dapat ditemukan dengan ID masuk umum dan dompet digital melalui smartphonemu.

Ia padanan sempurna bagi hidup sarat hiburan.

Sony Entertainment Network dengan Video Unlimited dan Music Unlimited tidak tersedia di semua negara. * Jumlah trek yang tersedia berbeda-beda menurut negara.


Desain smartphone generasi mendatang
“Saya pikir sungguh elok apabila produk yang kami rancang membuat orang dapat melakukan lebih banyak”, ujar Direktur Interaksi David de Léon.

Itulah rangkuman yang amat baik tentang alasan Xperia S dirancang seperti adanya.